Aku sebagai pemerhati
keberagaman gender yang memberi perhatian terhadap
tumbuh kembangnya keberagaman gender ini berdasarkan pengalaman kerja di
perusahaan kosmetik Sari ayu dan sebagai seorang ibu dari seorang putri yang sedang menginjak usia remaja.
Kata ‘gender’ dan ‘seksualitas’ menggugahku setiap malam
ketika menatap putriku saat tidur lelapnya, rasa haru menyelimuti hati secara spontan masuk dalam doa, doa
kupanjatkan kepada Nya agar kelak ia
mampu menjadi wanita yang baik
dan agar aku mampu menjadi teladan bagi putriku.
Memiliki seorang anak perempuan yang sudah berusia 16 (enam belas)
tahun yang selalu membuatku bangga,
sebagai orang tua, dan sebagai seorang ibu. Tugas utamaku mengawasinya
dan memberi anak gadisku tempat bersosialisasi
di lingkungan yang mendukungnya
bertumbuh kembang dengan baik.
Keberagaman gender vs norma yang
dianut di negriku merupakan manifestasi dari mindset individu yang
akhirnya berfungsi sebagai metabolisme kehidupan
mereka masing-masing. Hasilnya tentu akan bersynergy
pola kehidupannya. Bagi keluarga yang berkehidupan normative dan berkonsekuensi
sebagai anggota di dalam komunitas
sosial menerapkan berbagai ketentuan peraturan di lingkungan keluarga seperti
tidak boleh pulang larut malam atau jika harus pulang larut malam didampingi
oleh orang tua. Didampingi dengan alasan khawatir atas keterlibatannya dengan
keberagaman gender.
Seorang ibu adalah pilar
kehidupan dan keberagaman gender atau istilahnya LGBT ( lesbian, gay, bisexual, trans gender)
yang merupakan orientasi seksual atau ketertarikan secara seksual, fisik,
romantisme dan emosional kepada jenis
kelamin yang tidak normative. Dan pengetahuan ini menjadi wajib diketahui.
Sekolah adalah rumah kedua bagi seorang anak dan
menjadi perencanaan jangka panjang
bagi upaya kesuksesan dan
kesejahteraannya kelak.
Pemerintah Indonesia pun memiliki andil yang besar dalam hal
berkembangnya keberagaman gender dan seksualitas, selayaknya pemerintah berinisiatif meminimalisasi dan
menghambat tumbuh kembangnya pengikut
LGBT. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
Pemberdayaan kaum perempuan sebagai pendidik dalam keluarga
Di Indonesia seorang ibu masih sedikit yang berperan
menjadi tokoh sentral di dalam keluarga, walaupun ibu Kartini telah
menjadi pahlawan wanita di negriku.
Kesetaraan gender hanya sekedar slogan dan perencanaan
jangka panjang , terlebih bagi Indnesia sebagai
negara berkembang. Pemberdayaan perempuan harus terlaksana untuk membendung
pola hidup LGBT dan menginformasikan tidak normatifnya komunitas mereka. Informasi
dapat diterapkan dalam bentuk pendidikan
usia sejak dini baik di rumah, di lingkungan keluarga, atau di lingkungan
sosial dimana ia bermukim maupun di sekolah atau juga di lingkungan kegiatan
keagamaan.
Kesadaran diri atas fitrahnya
menjadi keharusan yang dimaknai pengabdian atas karunia Ilahi. Hal ini selayaknya
menjadi pemikiran kaum perempuan Indonesia secara berkelanjutan. Sekolah
kepandaian putri pernah menjadi jurusan yang dipilih generasi sebelumnya untuk
menjadi ahli dalam tugas menjadi wanita di rumah tangga dan ahli di bidang kewanitaan
seperti memasak, menjahit, menyulam membersihkan rumah hingga menidurkan anak
dengan belajar mendongeng dan dengan mempelajari
lagu lagu Indonesia. Dalam perkembangan zaman kini sekolah kepandaian putri
tidak ada lagi dan diganti dengan Sekolah Menengah Ketrampilan yang terdiri
dari siswa dan siswi.
Seringkali gender disamaartikan dengan seks, yaitu jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, sehingga peran dan tanggung jawabnya juga
dibedakan sesuai jenis kelamin ini.
Gender adalah pandangan
masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki
dan perempuan yang intinya hasil konstruksi social (yaitu kebiasaan yang tumbuh
dan disepakati dalam masyarakat). Gender ini dapat diubah sesuai perkembangan
social disuatu negara. Sedangkan seks menunjukkan adanya perbedaan organ biologis antara laki-laki dan
perempuan, terutama pada bagian-bagian reproduksi.
Gender bukan kodrat atau
ketentuan Tuhan, sehingga gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana
seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata
nilai, ketentuan social, dan budaya masyarakatnya. Seks merupakan kodrat Tuhan
sehingga tidak dapat ditukar atau diubah.
Secara lebih jelas perbedaan gender dan seks/jenis kelamin
dapat dilihat pada skema ini:
Jenis kelamin (seks)
|
Gender
|
Tidak dapat diubah
|
Dapat berubah
|
Tidak dapat dipertukarkan
|
Dapat dipertukarkan
|
Berlaku sepanjang zaman
|
Tergantung waktu
|
Berlaku dimana saja
|
Tergantung budaya setempat
|
Merupakan kodrat Tuhan
|
Bukan merupakan kodrat Tuhan
|
Ciptaan Tuhan
|
Ciptaan manusia
|
Perkembangan LGBT sebagai bagian
dari keberagaman gender di Indonesia masih tertutup dan para pengikutnya tidak terlalu menampakkan diri seperti halnya
di negara-negara lain. Hal ini dikarenakan Indonesia belum membuka persoalan
LGBT ini menjadi transparan. Keberadaan mereka ditutup-tutupi dan seolah
menghindar dari persoalan akan kenyataan
yang sebenarnya. Kebebasan ber-LGBT masih terselubung karena secara mayoritas agama di Indonesia tidak membenarkan adanya orientasi seksual
yang beragam ini. Namun di kota-kota besar
di Indonesia secara tidak terang-terangan mereka ada dan lingkungan sekitarnya
seperti seolah turut melegalkan
keberagaman orientasi seksualitas ini seperti transgender (laki-laki yang
bertingkah seperti perempuan) yang berprofesi sebagai pengamen. Masyarakat
Indonesia dapat memahami mereka dan biasa
menyebutnya waria (wanita pria).
Prosesi penata rambut dan
kecantikan di salon kecantikan tumbuh pesat karena didominasi oleh para waria dan pada malam hari mereka bebas berkeliaran
dan dapat ditemukan di setiap sudut kota.Namun demikian tidak ada seorang ibu pun
yang mau menerima kenyataan bahwa anaknya berperilaku sebagai transgender apalagi
gay dan lesbian, menjadi aib dan mempermalukan keluarga. Sehingga mereka
yang gay dan lesbian tidak terbuka karena menghindari pandangan buruk masyarakat terhadap mereka.
Karena keluarga tidak mau menerima dan tanggapan yang berbeda dari masyarakat sekitar dan teman
mereka, maka banyak dari kaum gay atau lesbian ini memilih untuk menutupi
keberadaan mereka. Banyak alasan yang
melatar belakangi tindakan mereka untuk tidak memberi tahu yang sebenarnya,
diantaranya yang paling mereka pikirkan adalah respon dari keluarga besarnya.
Keluarga merupakan benturan paling keras yang akan mereka hadapi ketika memberi
tahu jati dirinya.
Keberagaman gender ini merupakan
potret wajah kekinian dan bukan hal yang luar biasa, karena mereka hanya ingin
kebebasan menikmati indahnya dunia. Dunia mereka seperti jalan tol bebas
hambatan. Tanpa memikirkan nilai spiritual iman dan takwa kepada kefitrahan seperti
masyarakat pada umumnya. Dan mereka bisa bekerja di bidang apapun yang mereka
bisa bila diberi kebebasan yang setara. Dan mereka juga bisa berkarya sama
hebatnya seperti warga Negara yang seharusnya. Terlepas dari keberagaman gender dan
seksualitas tersebut, mereka tetaplah manusia yang harus dimaklumi kesalah
pergaulannya atau seksualnya yang melenceng sejak lahir. Dan untuk tindakan menghambat pertambahan jumlah LGBT
peran seorang ibu untuk memberi arahan kepada putra putrinya untuk menerima fitrah Nya, namun tidak menghujat keberadaan mereka di sekitar kita. Keberagaman
gender dan seksualitas dari sudut pandang secara normatif.